PENGALAMAN DAN SUKA DUKA JADI ANAK KULIAHAN


PENGALAMAN KULIAH, SUKA DUKA KULIAH


Pertama kali saya mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan saya yang telah memberikan rezeki kepada kedua orang tua saya, sehingga bisa menyekolahkan saya hingga jenjang perkuliahan. Tak lupa bagi teman-teman yang belum bisa melanjutkan kuliah, semoga Tuhan memberikan rezeki kelak yang berlimpah.

Balik lagi. Dahulu saat masih zaman SMA, melihat anak kuliahan rasanya santai sekali yang bisa main kesana kemari, jalan-jalan tanpa  ada beban pikiran dan juga bisa nongkrong sampai larut malam. Enak sekali rasanya, tanpa ada beban pikiran tugas maupun ujian nasional. Ingin sekali rasanya cepat-cepat lulus SMA. Meninggalkan masa-masa cupu dan mulai menatap indahnya dunia luar.


Barisan almet ciri khas setiap universitas telah lama mampir di sekolah SMA ku dulu. Kedatangan mereka sengaja untuk membuatku termotivasi untuk menjadi bagian dari mereka. Hanya beberapa warna almet saja yang berhasil memikat hatiku untuk terus termotivasi agar bisa cepat-cepat seperti mereka.

Singkat cerita, akhirnya aku telah lulus dari sekolah SMA ku tercinta, setelah sekiaan lama berkorban dengan penuh keringat dan kerja keras. Aku berhasil bebas dari yang namanya tugas dan dari jeratan seragam ciri khas anak sekolahan. Tak ada lagi yang namanya bangun pagi untuk ke sekolah, tak ada lagi yang namanya bernagkat pagi dan pulang petang. Semuanya terbebas setelah aku mendapatkan gelar “ telah lulus SMA”.



Kuliah rantau judulnya. Dan kini aku telah resmi diterima sebagai mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi ternama di Pulau Jawa. Masa orientasi siswa pun telah kulewati. Serangkaian proses adaptasi lingkungan juga telah melekat dalam diriku ini. Dan ternyata beberapa semester telah kulewati dengan baik. Bersyukur.

Belum pernah terbayang rasanya menjadi anak kuliahan sebelum-sebelumnya seberat ini dan bahkan seringan ini. Berbagai polemik mulai muncul dari pertama kali menginjakan kaki di kelas perkuliahan. Setelah itu mulai muncul lagi tambahan-tambahan polemik yang lain seiring berjalannya waktu. Namun, semuanya perlu disikapi dengan bijaksana sebelum dan sesudahnya.

Semester pertama merupakan hal yang membuatku gembira sekaligus awal kesedihanku. Dari dahulu tak tak pernah terpikir dalam diri tinggal jauh dari orang tua alias merantau. Tiba di tempatku kuliah dan ternyata tempat tinggalku di asrama, berbagai rasa mulai bercampur aduk. Seringnya adalah tangisan sedih karena jauh dari orang tua. Butuh waktu setengah semester bagiku untuk melupakan kampung halaman dan juga orang tua, serta sanak keluarga nan jauh di sana.

Tempat baru, teman baru, dan juga suasana baru membuatku gembira. Teman-teman baru dari berbagai macam suku, ras, maupun daerah berkumpul di tempatku kuliah. Hal yang sangat mencolok bisa kulihat dari plat motor yang mereka gunakan. Berbeda-beda kode motor setiap daerah.

Semester kedua dan seterusnya membuatku mulai semakin akrab dengan teman-teman sekelas dan teman-teman kenalan baru. Mulai mengenal yang namanya tidur begadang. Apalagi hari menjelang kuis, UTS, UAS, dan puncaknya menjelang DEADLINE TUBES (Tugas Besar). Yang awalnya rajin mandi, menjadi lupa mandi, yang awalnya pola makan teratur menjadi lupa makan, bahkan waktu untuk beribadah juga semakin berkurang. Gara-gara mengerjakan segala sesuatu mepet deadline (tubes).

Perlu yang namanya ketangkasan dan kecerdasan dalam hal membagi waktu. Karena jika kita bisa membagi waktu dengan baik maka kuliah kita akan lancar. Kegiatan kuliah tidak hanya sekedar kuliah teori di kelas saja. Namun di lain itu, ada yang namanya praktikum dan berorganisasi. Dikarenakan di jurusan yang saya ambil, jurusan sistem informasi, mewajibkan sebagian mata pelajarannya ada praktikum di laboratorium maka harus bisa pintar-pintar bagi waktu untuk belajar di kelas dan untuk belajar praktikumnya. Di lain sisi, berorganisasi juga janganlah di lupakan. Bentuk organisasi banyak sekali bentuknya. Memang tidak diwajibkan setiap mahasiswa mengikuti organisasi dan berorganisasi. Berbagai pihak mengatakan, sangat disayangkan sekali jika tidak mengikuti organisasi apapun dan hanya menjadi mahasiswa “KUPU-KUPU”- kuliah pulang.
Jika banyak organisasi yang diikuti. Intinya harus bisa bagi waktu dengan waktu kuliah agar tidak menimbulkan kendala kedepannya.

Pikiranku yang dulu anak kuliahan identik dengan main-main kini terbantahkan. Sebagai mahasiswa kini aku merasakan yang namanya sulit sekali jalan-jalan keluar. Apalagi untuk membeli sesuatu ke swalayan atau ke pasar, itu sangat sulit sekali jika ada dan banyak tugas dan tubes mulai melanda. Semuanya jadi serba kacau. Pikiran mulai terpecah belah, dikarenakan ssembilan puluh persen mata kuliah ada tugas besarnya. Coba bayangkan, tugas besar yang berkelompok, kemudian kuis, kemudian tugas individu, kemudian praktikum, kemudian, berorganisasi dalam sekali siklus waktu (hari mepet-mepet).

Dahulu pernah terlintas dalam benak, kelak jika aku kuliah akan aku sambung / sambi dengan bekerja secara part time. Namun, kenyatanya sangat berbeda sekali. Sangat sulit yang namanya untuk kerja paruh waktu/ part time. Waktu kuliah hanya penuh dengan teori di kelas, praktikum dan juga berorganisasi. Palingan jika berkeinginan kuat untuk sambi bekerja bisa dengan membuka online-shop, jualan kecil-kecilan ataupun bisa dengan berbagai cara jika sudah menemukan inovasi dan ide.

Penutup. Bisa kuliah itu anugrah. Banyak sekali teman-teman yang belum bisa kuliah. Prinsipku, jangan sia-siakan uang yang telah dikeluarkan orang tua kita untuk menyekolahkan kita hingga jenjang setinggi-setingginya. Semuanya memang perlu yang namanya kebijaksanaan dalam setiap apapun. Buktikan pada orang tua, bahwa kita bisa keluar dar bangku perkuliahan dengan ilmu yang bisa bermanfaat untuk sesama, dan syukur-syukur bisa turut membangun negeri. Amiin.








PENGALAMAN DAN SUKA DUKA JADI ANAK KULIAHAN PENGALAMAN DAN SUKA DUKA JADI ANAK KULIAHAN Reviewed by everything is knowledge on May 04, 2018 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.